Seluk beluk Customer Service Officer

Sesungguh-sungguhnya, jiwa saya bukanlah jiwa seorang front liner.
Aku  tidak bisa menyembunyikan muka masamku ketika suasana hati sedang suntuk atau sedang marah. Ditambah lagi, menjadi front liner itu mengharuskan aku untuk berdandan. Poles sana dempul sini.

Maka dari itulah kusebut, aku tidak berbakat di bidang ini.

But, The Show Must Go on. No matter what.

Baiklah, yang terjadi biarlah terjadi.

Dibandingkan menjadi seorang karyawan admin, pekerjaan sebagai Customer Service di Perusahaan Pembiayaan sangatlah penuh tantangan.
Disamping golongannya satu tingkat diatas administrator, Cust Service juga menjanjikan 'ilmu-ilmu' yang luarrr biasa banyak.

Dari segi ilmu matematis, dari segi kesopan santunan, dari segi bahasa, meningkatkan rasa percaya diri, dan yang paling penting adalah dari segi psikologi.

Biarpun banyak diomelin atau dikomplain nasabah, tetapi banyak juga tambahan ilmunya. Belum lagi ketemu dengan banyak orang. Intinya, menambah network dan uji mental.

Saat pertama kali menjadi seorang front liner, aku, yang notabene dulunya jarang banget berinteraksi dengan banyak orang dan dengkulnya suka gemeteran kalo liat cowo cakep dan tajir, amat sangat tersiksa.

Makan ngga enak, tidur di-mimpi-in nasabah yg marah-marah, senyum pun rasanya sudah tidak punya kekuatan lagi. Susah banget deh kayaknya hidup.

Tapi seiring berjalannya waktu, akhirnya aku menyadari. Pekerjaan sebagai Front liner adalah sebuah seni.
Seni bagaimana menghadapi berbagai macam karakter (dari yg judes, baik, marah, lembut, lemes, sumringah, dll).
Seni bagaimana mengamati karakter orang. Bahkan karakter sebuah keluarga.
Karena kan nggak jarang nasabah yang datang sambil bawa istri/suami dan anak-anaknya.
Ada yang suaminya nurut banget sama istri. Ada yang suaminya nyuruh-nyuruh istrinya melulu. Ada yang anaknya bandel banget. Ada yang...wah. Macem-macem deh.

Kemudian juga, dari segi kepercayaan diri. Nggak tau apa mungkin ini cuma perasaan atau emang beneran, tapi kalo sering berinteraksi langsung dengan banyak orang, itu bisa meningkatkan rasa percaya diri kita. Kita jadi nggak gampang minder, jadi bisa speak up gitu.
Eh tapi kadang ngerasa minder juga sih kalo nasabah yang dateng itu cantik bhanget dan mobilnya Alphard.

Nah kalo buremnya jadi frontliner itu, kalo nasabahnya bermasalah. Kaya misal mobilnya ilang tapi nggak dicover asuransi, debet rekening nggak jalan, nasabah nggak mau bayar denda, dan masiiiihhh banyak lagi. Itu dijamin bakal burem banget. Datang ke kantor dengan muka masam, mencak-mencak, teriak-teriak, gebrak-gebrak meja. Seru banget.
Kalo masalah duit orang emang suka kalap dan gampang marah-marah. Ngaak pedulli marahnya sama siapa. Padahal kan saya cuma menjalankan tugas pak... maap ya paakk.. T_T

Disamping itu semua, ada lucunya juga. Itulah hebatnya Tuhan (lho, kok tau-tau bawa nama Tuhan?)

Hehe..

Tuhan yang telah menciptakan bermilyar-milyar umat dengan berbagai macam karakter yang berbeda.

Siang tadi, datanglah seorang nasabah Chinese.
Rupa-rupanya si kokoh ini mau pelunasan dipercepat sekalian mau ambil BPKB mobil.

Baiklah Koh, saya siap melayani anda !

Diitung-itung, saya sudah dapat nominal pelunasannya. Saya serahkan ke si kokoh hasil print out nya.
Okesip! Si Kokoh sudah menyanggupinya.
Lalu aku jelasin untuk pembayaran si Kokoh bisa langsung ke teller, lalu setelah pembayaran baru kembali lagi ke saya buat proses BPKB nya.

Satu menit, dua menit, lima menit, eh si kokoh masih diem aja didepan aku.

Akupun bingung. Kokoh hanya diam saja. Apa jangan-jangan ada kata-kata yang telah salah diucapkan tadi?. Entahlah. Wallahua'lam..

Lama kebisuan menyelimuti kami. Dan akhirnya si Kokoh mengucapkan sesuatu.
"saya lagi nunggu temen saya..."

Oooh.. Rupanya lagi nunggu temen.
Untung tidak ada antrian dibelakang si Kokoh. Jadi ya aku diemin aja. Harusnya sebagai cust service aku ajak ngobrol ya. Tapi aku bingung mau ajak ngobrol apa. Baiklah. Aku putuskan untuk diemin aja si Kokoh.
Aku putuskan untuk pura-pura sibuk. Ngetik-ngetik. Tapi rupanya ngetik-ngetik chatingan. Hihi.

Eh lamaa tuh. Ahirnya si temen kokoh pun datang sambil bawa duit.
Si temen Kokoh ke teller, aku pikir si kokoh bakal ikut ke teller, tapi rupanya nggak dong ! Doi masih duduk aja didepan aku.

OKe! Fine Kokoh! Kalau itu maumu ! -..-

Setelah urusan dengan teller kelar, kembalilah si temen kokoh duduk menemani si Kokoh didepanku.
Dengan profesional, akupun mengurus proses pengeluaran BPKB.
Eh lucunya, pas aku mintain KTP nya, si Kokoh dengan sigap nyari-nyari KTP di dompetnya. Trus nggak nemu-nemu. Dan keluarlah itu kata-kata dari mulutnya.
" Waduh. Dimana ya ! Jangan-jangan ketinggalan! Mampus guah! Mampus guah!"
Well.. dari sini saya bisa liat, karakternya si Kokoh itu panicman. Alias Panikan. Walaupun akhirnya itu KTP ketemu juga. Tapi dengan muka seserius itu dan rambut seplontos itu bikin aku cekikikan didalam hati.

Setelah proses serah terima selesai, udah dong selesai. Aku berharap si kokoh buru-buru chao dari hadapanku. Aku sudah muak Koh. Muak! Heheh.. Nggak deng.
Tapi ini nggak dong! Sambil mainan Bb doi masih duduk aja. Dan sialnya aku lagi nggak ada customer lagi selain kokoh itu. Jadinya doi tetap berhadap-hadapan denganku. T_T
Ajib tuh Kokoh.

Eh tapi bosen juga ya ngomongin si Kokoh terus. Jadi garing,

Sudahlah.

Akhir cerita si kokohpun pergi. Chao.

 
Bobblehead Bunny