Uang, Hidup, Aku.

Uang.
Hidup.
Yah. Both of them. =)

Jadi yang sedang aku renungkan saat ini adalah tentang uang.
Bukan tentang betapa kerasnya hidup ini.
Bukan pula tentang kekejaman uang.

Waktu aku kecil, setiap mau beli jajanan yang lewat didepan rumah itu gampang banget. Tidak perlu merengek minta uang jajan ke Ibu seperti anak-anak lain.

Ibuku dulu punya warung, jadi aku tinggal cari kaleng uang, ambil beberapa receh, beli.
Tidak perlu takut kena marah karena Ibuku memang tidak pernah memarahi kami tentang uang. Ibuku mempercayai kami. Sesekali pernah aku ambil uang banyak. Mungkin kakak dan adikku juga pernah.
Tapi dikemudian waktu melihat betapa kerasnya Ibuku jualan, Bapakku yang juga harus naik motor di usia itu ketempat kerjanya, anak mana yang masih tega menghamburkan keringat orang tuanya?.

Keluargaku bukan keluarga kaya. Menengah-pun bukan.
Hanya keluarga yang hidup cukup. Tanpa kelebihan. Dan tanpa kekurangan.
Jikalau kami pernah hidup susah, toh sampai sekarang kami masih hidup.

Dan sekarang, aku sadar, begitulah cara orangtuaku mengajari kami tentang KEJUJURAN.

***
Ibuku tidak pernah memanjakanku. Seperti mencium keningku ketika aku sakit misalnya. Atau memberikan ucapan ulang tahun dihari jadiku. Tidak. Tidak ada yg seperti itu semenjak aku kecil sampai sekarang.
Hal-hal seperti menyetrika baju sekolah, pergi ke salon untuk potong rambut, atau membeli buku pelajaran, kami sudah terbiasa melakukannya sendiri. Ya. Kami sudah terbiasa seperti itu sejak SD.

Dan sekarang, aku sadar, begitulah cara orangtuaku mengajari kami tentang KEMANDIRIAN.

***

Sempat pula aku berontak saat masih remaja. Membenci cara didikan orangtuaku. Bersitegang dengan Bapakku. Sering bikin marah Ibuku gara-gara pulang sekolah sampai jam 8 malem.Yang paling tolol adalah sebuah pikiran yg sempat terlintas, bahwa aku bukanlah anak kandung. Haha.

***
Suatu siang di hari aku libur kerja, aku iseng datang ke warung. Ada Ibuku disana.

"Mak, itu apa?" aku menunjuk dua buah buntelan besar mencolok yang sengaja disembunyikan berjejalan dengan barang-barang lain diatas lemari.

Ibuku hanya tersenyum.

"Itu apa?" aku masih terus mendesak.

"Selimut" Jawab Ibuku pendek.

Aku tau  maksud Ibuku adalah Bedcover. Ibuku tidak tau istilah-istilah berbahasa Inggris macam itu.
Tapi yang aku maksudkan bukan 'itu apa'. Tapi 'untuk siapa'.

"Untuk siapa?" kutanya juga akhirnya.

"Untuk kamu dan Maman kalau menikah nanti."

***

Begitulah akhirnya.
Orangtua selalu punya caranya masing-masing untuk mendidik anaknya. Selalu punya caranya masing-masing untuk menyayangi anak-anaknya.

Dan sekarang aku hanya bisa bertanya-tanya. Sampai kapan badcover-badcover itu tetap diatas lemari?

=)






Curug Cilember - Puncak - West Java

Sebenernya udah lama pengen pamer poto aku waktu main-main ke puncak. Baru sempet ngedit beberapa sih.
.. Check it out!
curug Cilember - Puncak

curug Cilember - Puncak

kebun teh

curug Cilember - Puncak

curug Cilember - Puncak

curug Cilember - Puncak

curug Cilember - Puncak

curug Cilember - Puncak

kebun teh





love my country


kumbang kepik

Sudah beberapa minggu hidupku benar-benar seperti kumbang kepik. Melesat. Menggebu. Meleset. Melengking. Dan mematung.

Meski harus aku akui bahwa hidup yang aku katakan lebih banyak adalah tentang pekerjaanku.
Bagaimana pekerjaan tidak mempengaruhi hidupku? Sementara dalam 7 hari, 6 harinya aku habiskan di kantor. Dari 24 jam, 10-13 jam nya aku habiskan di kantor. Sisanya, aku memang dirumah. Tetapi 7-8 jam nya aku habiskan untuk mengistirahatkan badanku.

Yasudah. Jadilah aku kumbang kepik.

Akhir-akhir ini aku berpikir, bahwa Langit, mendengar semua keluh kesahku. Dan,  Tuhan, yang Maha baik itu mengabulkan semua doaku. Belum semua sih, tapi hampir.
Dan membuatku berpikir, mengapa Tuhan mengabulkan keluh kesahku secepat itu?
Mengapa justru dari keluh kesahku Tuhan mengabulkan, bukan dari doa-doaku?

Tapi itu sangat mempengaruhiku.
Dan setelah kubuka mata lebar-lebar, kuresapi , Tuhan memang membungkam seluruh keluh kesahku tentang hidup yang sedang kujalani, tapi, Tuhan juga memang adil.
Dia mengabulkan keluh kesahku, tapi dia juga merubah kondisinya.
Dan sejak saat itu, aku jadi lebih berhati-hati, eng, lebih tepatnya, lebih mikir lagi kalau mau berkeluh.
Takut Tuhan mengabulkan, dan merubah kondisinya.

Itulah pelajarannya..





 
Bobblehead Bunny