happiness


Mungkin saja karena saya terlalu menuntut sebuah kebahagiaan, ahirnya justru itu membuat  saya merasa nggak bahagia. Kadang saya merasa mungkin saja kalau saya bekerja di Pertamina saya akan merasa bahagia. Kalau saya tinggal di Jepang saya akan merasa bahagia. Kalau saya punya sallary 10 juta saya akan bahagia. Kalau saya punya suami si mantan akan bahagia. Kalau saya punya rumah di Pondok indah saya akan bahagia. Kalau saja. Kalau ini dan itu yang nggak ada habis-habisnya.

Saya selalu mengejar sesuatu yang menurut saya akan membuat saya bahagia. Tetapi seringkali saya lupa akan hal yang saya miliki sekarang. 

Beberapa tahun yang lalu saya pernah lihat acara televisi. Narasumbernya mengatakan bahwa kesedihan letaknya ada di kepala. Dan kebahagiaan letaknya ada di hati. Mungkin maksudnya adalah, bahwa ketika sedang mengalami kesedihan, harusnya rasa sedih itu kita pikirkan saja. Jangan dimasukkan ke dalam hati. Sedangkan rasa bahagia itu tidak usah dipikirkan. Dirasakan saja. hmm. Ngomong apa ya saya. Ya gitulah pokoknya.

Kenapa saya begitu yakin ketika yang menurut saya kalau saya begini dan begitu saya akan bahagia?. Kenapa saya begitu yakin? Padahal saya tidak punya jaminan apa-apa ketika nanti saya bekerja di Pertamina saya akan mendapat teman-teman kerja yang se-asik sekarang. Saya juga tidak punya jaminan bahwa saya akan bisa beli ini dan itu ketika sallary saya 10 juta. Padahal mungkin saja ketika sallary saya 10 juta justru pengeluaran saya melebihi dari angka itu. Saya nggak punya jaminan bahwa saya bisa tidur nyenyak ketika saya punya rumah di Pondok indah. Karena bisa saja rumahnya berhantu dan justru bikin saya nggak bisa tidur semalaman. Dan saya juga ngga punya jaminan bahwa ketika si mantan sudah jadi suami saya dia akan setia sama saya. 
Ya. Saya nggak punya jaminan apa-apa untuk 'kalau-kalau' itu. Yang saya tau, kalau saya kehilangan sesuatu dari yang saya punya saat ini pasti saya nggak akan bahagia..


# Kayaknya waktu itu saah duga deh
Tiba-tiba saya teringat seseorang. 
Kurang lebih satu setengah tahun yang lalu saya kenal dengan seorang laki-laki temannya teman saya melalui facebook. Nama laki-laki itu, ehm. sebut saja si kuda. Setelah kenalan, tukeran no Hp dan sering ngobrol-ngobrol, ahirnya kita pun sepakat untuk kopi darat. Orangnya baik. Baik sekali. Dia seorang auditor di bank Danamon. Sesuatu yang saya ketahui  adalah bahwa dia adalah seorang duda. Istrinya meninggal waktu melahirkan anak pertamanya. Anaknya meninggal juga. Nggak tau kenapa ya, saya kok jadi sedih kalau ingat itu.

Sampai suatu ketika hubungan kita sudah semakin membaik. Komunikasi kita juga sudah sangat bagus. Lalu tiba-tiba suatu hari seperti biasa, saya nge-check fb nya dia. hehe. Saya memang suka memantau orang-orang yang menurut saya menarik. hehe. Agak kepo juga sih. hihi.

Eh, balik lagi. Pas saya liat fb nya dia lewat bb, kok tau-tau ternyata di account profilnya dia muncul kotak 'add friends'. Berarti kan dia nge-remove saya. Waktu itu saya marah banget ke dia. Semua kontak dia saya hapus. Fb nya dia langsung saya block. Pin bb dan no Hp nya dia juga saya hapus. Lalu apa yang terjadi kemudian? Beberapa hari kemudian dia invite pin bb saya lagi. Yasudah saya terima saja. Waktu itu dia bilang kalau contact bb nya dia hilang semua. Jadi dia invite saya lagi. Hmm. Nggak tau mau bilang apa deh. Padahal kan harusnya dia tau kalau saya yang remove dia di bb. 
Setelah kembali berteman, nggak lama kemudian gantian saya yang remove pin bb nya dia. Waktu itu yang ada dipikiran saya, saya nggak mau ada orang yang sudah membuang saya lalu memungut saya lagi. Naif sekali. Tapi baru saya sadari sekarang. Mungkin dulu itu cuma kejadian salah duga saja.

Beberapa hari lalu saat saya sedang buka facebook seseorang, lalu saya mendapati hal serupa. Muncul tulisan 'add as friend' di account profilnya dia. Tapi saat itu saya nggak langsung marah-marah. Saya coba buka fb seseorang tersebut lewat PC. Dan.....walaaa.. ternyata di PC account fb seseorang itu masih jadi teman saya. Mungkin saja buka fb lewat bb sering eror. 

Dan, mungkin juga waktu itu saya dan si kuda cuma salah paham aja. Duh. Kok sekarang rasanya nyessss gitu ya. Padahal si kuda orangnya baik banget lho. Agamanya juga bagus. Temannya dia juga saya sudah kenal. 

Nnghh.. haruskah saya nge-add fb nya lagi? Ah.. tapi saya maluuuuwww.. Tapi ngerasa bersalah juga. Gimana dong...

0 komentar:

Posting Komentar

 
Bobblehead Bunny